Kali ini aku akan membahas tentang teknik
penerjemahan. Dalam bukunya “Pedoman bagi penerjemah”, Rochayah Machali mencoba
memaparkan kepada kita bebrapa teknik yang bisa digunakan dalam proses terjemah
yaitu;
a. Teknik
penerjemahan dan fungsi teks
b. Teknik
penerjemahan dan gaya bahasa
c. Teknik
penerjemahan dan ragam fungsional
d. Teknik
penerjemahan dan dialek
e. Teknik
penerjemahan dan beberapa masalah khusus
Sebelum
membahas satu per satu tentang teknik yang disebutkan di atas, ada baiknya kita
mengetahui terlebih dahulu tentang defini teknik penerjemahan. Menurut Collins
English Dictionary, teknik adalah suatu metode, keahlian, atau seni praktis
yang diterapkan pada suatu tugas etrtentu. Jadi, pembahasan tentang teknik
berkenaan dengan hal-hal yang lebih dari sekedar konsep dasar kebahasaan
seperti komponen sintaksis dan leksikal. Namun, akan lebih banyak berkaitan dengan
langkah praktis dan pemecahan masalah.
a. Teknik
penerjemahan dan fungsi teks
Seorang
penerjemah harus memperhatikan fungsi teks dalam penerjemahannya, misalnya
dengan melihat piranti bahasa yang digunakan guna mewujudkan fungsi tersebut.
Salah
satunya contoh fungsi estetik. Dalam penerjemahan, semua perelatan
pengejawantahan rasa estetika seyogyanya direproduksi oleh penerjemah. Contoh
berikut dapat memberikan ilustrasi :
Teks
sumber :
Di
luar salju terus. Hampir pagi.
Tubuhmu
terbit dari berahi.
Angin
menembus, hilang lagi.
Nafasmu
membayang dalam dingin. Mencari.
Teks
sasaran :
Outside
snow falls. Almost day.
Your
body shaped in desire.
The
wind pierces. And departs.
Your
breath a shadow in the cold. Searching.
Kalau
kita perhatikan sajak aslinya, tampaklah bahwa penulisnya dengan sengaja
menimbulkan rima melalui bunyi (i) pada setiap baris sajaknya. Nmaun, bentuk
dan bunyi rima tersebut tidak diupayakan pada versi terjemahannya. Di samping
itu, ada perubahan makna pada kata “pagi”, yakni rentangan waktu sekitar jam
6-11 menurut konsep Indonesia menjadi “day”, yakni rentang wkatu yang lebih
panjang (berlawanan degan malam). Mari bandingankan dengan terjemahan di bahah
ini :
Outside
snow falls. Almost morning.
Your
body shaped in sensual feeling.
The
wind pierces. And is clearing.
Your
breath a shadow in the cold. Searching.
Harus
diingat bahwa pemadanan bukanlah penyamaan. Asalkan tidak terjadi distorsi
makna menyeluruh yang samapai mengubah maksud dan tujuan teks secara
keseluruhan.
b. Teknik penerjemahan
dan gaya bahasa
Seorang
penerjemah harus memperhatikan gaya bahasa yang digunakan dalam Tsu (teks
sumber). Misalnya, dalam kalimat di bawah ini si penyampai berita memakai gaya
resmi “bertenaga” dengan memanfaatkan aspek makna konotatif. Disini penulis
memakai kata-kata sifat yang mengundang emosi pembaca :
“The
Non-aligned movement is determined to actively participate in all
efforts towards a succesful reslution of hotbeds of crises in the
world, irrespective of their historical or contemporary causes, ensuring that
solutions are not imposed by outside powers to the detriment of teh interest of
the parties directly concerned. (KTT Non-Blok, Beograd)”.
Penggunaan
kata/frase yang bergaris bawah menunjukkan gaya “bertenaga” tersebut. Seorang
penerjemah harus sejauh mungkin mereproduksi ciri-ciri teks Tsu tersebut dalam
terjemahannya. Sehingga terjemahannya menjadi :
“Gerakan
Non-Blok berketetapan untuk secara aktif berperan serta dalam segala upaya
pemecahan gemilang bagi permasalahan atau krisis di dunia, tanpa memandang
apakah penyebab historisnya lama atau baru, untuk menjamin bahwa pemecahan
permasalahan tidak ditunggangi oleh pihak-pihak luar demi kepentingan
pihak-pihak yang terlibat secara langsung.”
Bandingkan
dengan terjemah yang tidak menunjukkan upaya reproduksi ini :
“
Gerakan Non-Blok merasa terpanggil untuk ikut serta dalam usaha meredakan
ketegangan, dalam rangka mencari solusi atas setiap krisis yang terjadi di
dunia ini. dalam usaha tersebut, Gerakan Non-Blok berupaya agar kekuatan luar
tidak ikut campur”.
c. Teknik
penerjemahan dan ragam fungsional
Seorang
penerjemah harus memperhatikan hal-hal yang berkenaan dengan ragam bahasa dalam
terjemahannya. Sebagai contoh : apakah
seorang penerjemah memilih a) spina atau b) duri sebagai terjemahan kata
spine(s) dalam frase “thorns spines in old reef sediment”? disini dapat
dijelaskan bahwa pemilihannya bergantung pada jenis ragam : jika ilmiah
populer, versi b yang cocok, karena pembacanya umum, namun, jika ilmiah dan
teknis, versi a yang cocok, karena pembacanya tertentu (mmisalnya ahli
biologi).
d. Teknik
penerjemahan dan dialek
Seorang
penerjemah harus memperhatikan dialek (baik dialek geografis maupun dialek
temporal/kronolek dalam penerjemahannya. Misalnya, ada dialek Jawa Tengah dan
Jawa Timur untuk bahasa Jawa (dialek geografis), dan ada dialek kontemporer dan
dialek kuno (kronolek). Tentunya, sejauh mungkin, ini semua perlu diperhatikan
oleh seorang penerjemah, misalnya dalam menerjemahkan dialek para karakter
dalam drama.
e. Teknik
penerjemahan dan beberapa masalah khusus
Dalam
bagian ini dibahas dua masalah khusus yang banyaj dijumpai dalam penerjemahan
yang melibatkan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Namun, perlu diingat bahwa
kedua maslah tersebut hanya contoh pemecahan dari berbagai masalah khusus lain
yang banyak sekali dijumpai dalam penerjemahan. Kedua masalah tersebut
menyangkut : idiom dan metafora.
1) Idiom, terdapat
dua definisi idiom yang keduanya relevan bagi pembahasan kita tentang masalah
penerjemahan. Definisi pertama adalah sekelompok kata yang maknanya tidak dapat
dicari dari makna kata-kata unsurnya). Sedangakan pengertian yang kedua adalah
ungkapan kebahasaan yang bersifat gramatikal dan alami bagi penutur asli suatu
bahasa.
Contoh : Tom is a lucky
dog.
Untuk contoh diatas,
cara yang terbaik adalah dengan menggunakan metode penerjemahan semantis atau
komunikatif yang menghasilkan padanan fungsional, yaitu padanan yang dapat
dipahami dengan mudah. Pemdanan ini dilakukan dengan mempertimbangkan konteks.
Perujukan ini konteks
ini penting sekali agar penerjemahan idiom itu sesuai. Pada contoh di atas,
kita perlu melihat apakah konteksnya tentang anjing, sehingga kalimat tersebut
bukanlah sebuah idiomatik, tapi kalimat biasa Tom adalah anjing yang
beruntung (Tom adalah nama anjing). Tetapi kalau konteksnya tentang manusia
bernama Tom, kalimat tersebut adalah ungkapan idiomatik yang penerjemahannya
melalui metode tersebut, menjadi Tom adalah orang yang beruntung
(padanan fungsional yang dipahami dengan mudah dalam konteksnya).
2) Metafora,
adalah kiasan dengan menggunakan kata atau frase untuk merujuk ke suatu objek
atau tindakan yang bukan merupakan acuan harfiahnya dengan maksud menunjukkan
suatu kemiripan (dengan objek atau tindakan tersebut). misalnya :
He is book worm.
Permasalahannya adalah
jika kalimat tersebut diterjemahkan secara terjemah akan menghasilkan kalimat
yang tak bermakna, misalnya Ia adalah cacing buku.
Jadi, untuk memecahkan
permasalah tersebut, digunakan teknik :
a) Penerjemah dapat
menggunakan penggambaran metaforik yang sepadan dengan bahasa target, dalam hal
ini bahasa Indonesia.
b) apabila no a) tidak
dijumpai, penerjemah sebaiknya menggunakan teknik pemadanan fungsional seperti
dalam penerjemahan idiom, dengan metode semnatis atau metode komunikatif.
Melalui cara a) kita
dapat memperoleh versi :
Ia adalah kutu buku.
Namun, penerjemahan
dapat juga dilakukan dengan cara b) dan menghasilkan terjemahan :
Ia adalah orang yang
suka sekali membaca.